Episode 2: Sebuah Renungan
Mari sahabat kita renungkan.. Keberadaan kita saat ini banyak tangan yang membentuk. Termasuk salah satu diantaranya adalah guru kita... Adakah pikiran kita untuk membalas sedikit kebahagiaan buat beliaunya... Meskipun itu hanya sekedar kumpul2 bersama... Ini ada sekedar renungan... Secuil contoh "SEKEDAR KISAH CERITA BERBAIK SANGKA..."
Dalam sebuah acara
REUNI,
beberapa alumni menjumpai Guru Sekolah mereka dulu..
Mereka menceritakan
kisah suksesnya masing-masing...
Ada yang menjadi :
- Menteri
- Gubernur
- Wakil Gubernur
- Walikota
- Wakil Walikota
- Bupati
- Wakil Bupati
- Camat
- Wakil Camat
- Lurah
- Wakil Lurah
- Direktur BUMN
- Direktur BANK
- Pengusaha
- PNS
- Guru
- Dokter
- Arsitek
- Pengacara
- Anggota dewan
- Ketua LSM
- Wartawan
- Konsultan
- Kepala Desa
dan lain-lainnya..
Melihat para alumni
tersebut ramai-ramai membicarakan kesuksesan mereka, guru tersebut segera ke
dapur kemudian mengambil seteko kopi panas dan beberapa cangkir kopi yang
berbeda-beda.
Mulai dari cangkir
yang terbuat dari kristal, kaca, melamin dan plastik.
“Sudah - sudah ..
Ngobrolnya berhenti
dulu.
Ini Bapak sudah siapkan
kopi buat kalian,”
seru sang guru memecah
keasyikan obrolan mereka.
Hampir serempak, mereka
kemudian berebut cangkir terbaik yang bisa mereka dapat.
Akhirnya, di meja yang
tersisa hanya satu buah cangkir plastik yang paling jelek.
Lantas, setelah semua
mendapatkan cangkirnya, sang guru pun mulai menuangi cangkir itu dengan kopi
panas dari teko yang telah disiapkannya.
“Mari, silakan
diminum,”
ajak sang guru, yang
kemudian ikut mengisi kopi dan meminum dari cangkir terakhir yang paling jelek.
“Bagaimana rasanya?
Nikmat kan?
Ini dari kopi hasil
kebun keluarga saya sendiri.”
“Wah, enak sekali Pak
.. Ini kopi paling sedap yang pernah saya minum,”
timpal salah satu murid
yang langsung diiyakan oleh temannya yang lain.
“Nah, kopinya enak ya?
Tapi, apakah kalian
tadi memperhatikan.
Kalian hampir saja
berebut untuk memilih cangkir yang paling bagus hingga hanya menyisakan satu
cangkir paling jelek ini?”
tanya sang guru.
Murid-murid itu pun
saling berpandangan.
"Perhatikanlah,
bahwa kalian semua memilih cangkir yang bagus dan kini yang tersisa hanyalah
cangkir yang murah dan tidak menarik.
Memilih hal yang
terbaik adalah wajar dan manusiawi.
Namun persoalannya,
ketika kalian tidak mendapatkan cangkir yang bagus perasaan kalian mulai
terganggu.
Kalian secara otomatis
melihat cangkir yang dipegang orang lain dan mulai membandingkannya.
Pikiran kalian terfokus
pada cangkir, padahal yang kalian nikmati bukanlah cangkirnya melainkan
kopinya.
Hidup kita, baik
kehidupan dunia maupun kehidupan Ibadah, seperti kopi dalam analogi tersebut di
atas, sedangkan cangkirnya adalah sarana, pekerjaan, jabatan juga harta benda
yang kita miliki."
Semua alumni tertegun
mendengar penjelasan dari sang guru.
Penjelasan dari sang
guru telah menyentak kesadaran mereka.
"Anak-anakku
tercinta ...
lanjut sang guru...
Jangan pernah
membiarkan cangkir mempengaruhi kopi yang kita nikmati.
Cangkir bukanlah yang
utama, kualitas kopi itulah yang terpenting".
Jangan berpikir bahwa :
- kekayaan yang
melimpah,
- sarana yang mewah,
- karier yang bagus dan
- pekerjaan yang mapan
merupakan jaminan
kebahagian hidup dan kenikmatan dalam beribadah.
Itu konsep yang sangat
keliru.
Kualitas hidup dan
Ibadah kita ditentukan oleh :
"Apa yang ada di
dalam"
bukan
"Apa yang
kelihatan dari luar"
Status, pangkat,
kedudukan, jabatan, kekayaan, kesuksesan, popularitas, adalah sebuah predikat
yang disandang.
Tak salah jika kita
mengejarnya.
Tak salah pula bila
kita ingin memilikinya.
Namun, semua itu hanya
sarana.
Sarana hanya bermanfaat
apabila bisa mengantarkan kita pada tujuan.
Apa gunanya memiliki segala sarana, namun tidak pernah
merasakan :
- kedamaian,
- ketentraman,
- ketenangan,
- dan kebahagian sejati
di dalam kehidupan kita, yaitu forever love?!
Itu sangat menyedihkan.
Karena hal itu sama
seperti kita menikmati kopi kualitas buruk yang disajikan di sebuah cangkir
kristal yang mewah dan mahal ..."
Kunci menikmati KOPI
bukanlah seberapa bagus CANGKIR-nya, tetapi seberapa bagus kualitas KOPI-nya
..."
Semoga Bermanfaat..
@yoginovario03
Nice kk
BalasHapusSangat menyentak hati, laju terus kak
BalasHapusSangat bermanfaat, Semangat terus :)
BalasHapusMasyallah keren dek, lanjutkan
BalasHapusPak, kopinya boleh dibawa pulang ndak? 😀
BalasHapusMantap dek nyes
BalasHapusMasya Allah.. keren. Lanjutkan, gak sabar nunggu episode selanjutnya
BalasHapusMantab dek, jadikan buku nih nnti
BalasHapusahha dunia, tidak bisa dipungkiri bahwa kita cendrung melihat kemudian teratik dengan sesuatu yang terlihat mentereng dari luar, padahal bagian itu bukan merupakan yang paling penting untuk terlihat. eh tapi manusiawi banget sih kalau manusia melhat sesuatu dari kulitnya dulu, bagaimanapun impresi biasanya muncul dari apa yang terlihat.
BalasHapusYuk ngopi.. Btw keren ceritanya
BalasHapuslanjutkan