Episode 6: Ibu, ajari aku bicara

 


IBU AJARI AKU BICARA

“Ibu, 3 huruf penuh makna, dia cahaya sekaligus penyemangat dalam kehidupan kita. Cintai dia sebagaimana engkau mencintai Tuhanmu, sayangi dia sebagaimana engkau menyayangi harta-hartamu”

-Yogi Novario Nandes-

*****

 

            Ibu, sosok orang yang juga sangat penting dalam kehidupan kita. Orang yang telah melahirkan kita kedunia yang fana ini, orang yang telah menyesui kita selama kurang lebih 1 tahun lamanya dengan air ASI yang dengan ikhlas dia berikan, orang yang telah mengajri kita berbicara dan mendengar, orang yang juga megajarkan kita berjalan selain Ayah. Orang yang tak pernah lelah menghibur kita ketika kita menangis di kala kecil, dan masih banyak lagi lainnya yang pastinya engkau ketahui.

            Dewasa ini, terkadang kita sering lupa juga dengan ibu kita sendiri, entah itu lupa membantu, lupa memberi senyum ketika kita bertemu dengan dia, lupa mengabarkan keadaan kita sekarang, atau lupa sekedar mendoakan beliau. Di agama Islam sendiri ada do’a khusus untuk ibu yang berbunyi;“Rabbana firlana dzunubana wali walidayyah warhamhumah kama rabbayana shaghira”. Yang mana dengan berdoa seperti ini saja didalam kesunyian, itu dirasa lebih dari cukup untuk membuat beliau tetap sehat dan terlindungi.

            Di masa kecil, dulu ibu lah yang mengajari kita untuk berbicara, dimulai dari kata-kata yang tenar bahkan maaf receh, namun sang anak pun belajar dengan cepat pula, seiring apa yang diajarkan oleh Ibunya. Sang anak mulai bicara dengan kosa kata yang terbata-bata semisal;”Dada da da, ta ta ta, dan na na na” namun lama kelamaan kita bisa juga berbicara seperti sekarang saat ini.

            Tetapi, kita sekarang terkadang berkata kasar kepada ibu kita sendiri, tidakkah kita sadar bahwa dia yang dulu mengajari kita untuk bicara? Bahkan Ibu hanya sekedar meminta tolong, kita melontarkan kata “ah, males bu, kenapa ngga Ibu saja?” dan juga tanpa sadar ketika kita mempunyai ilmu berbicara dengan menggunakan bahasa yang tinggi ke Ibu kita yang hanya maaf lulus SD Sederajat. Tidakkah kita sadar? Betapa kasar dan berdosanya diri kita, sedang dia adalah orang yang pertama kali mengajari kita untuk berbicara? Tidakkah kita sadar? Kita secara dengan sengaja menyakiti Ibu kita?

            Sobat, hargai keadaan Ibumu, dia sudah bersusah payah untuk mengajarimu banyak hal, terkhususnya berbicara, sebagaimana yang engkau lakukan dengan lancar sekarang. Beri dia doa di setiap ibadahmu, peluk dia ketika engkau pulang dari tanah rantau, cium tangannya,dan bersujudlah di kakinya, karena ada surga disana. Cintai dia sebagaimana engkau mencintai tuhanmu, sayangi dia sebagaimana engkau menyayangi harta-hartamu.

            Harapku Ibumu sehat selalu dan tetap dilindungan Maha Kuasa, serta jika Ia telah pergi, doakan saja, tidak mengapa, itu sudah lebih cukup untuk membuat dia bahagia dan tersenyum disana.


Komentar

  1. nice sharing, menjadi pengingat kita semua:")

    BalasHapus
  2. Aku kangen ibu :(

    Anehnya kalo saya lagi LDR-an sama emak, pasti kangennya kerasa banget gitu. Tapi, pas udah pulang ke rumah ampek bebulan-bulan lumutan heuh seringnya adu omongan sama emak. Aneh aja sih wkwk

    BalasHapus
  3. Duh Ibu., saya akrab manggilnya Umak :) Wanita tangguh nan melankolis, semoga Allah SWT mengizinkanku untuk membahagiakanmu sebelum Dia menjemputmu atau aku kembali ke sisiNya. Aamiin

    BalasHapus
  4. Menginspirasi sekali kak, syukran ya :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer