Episode 3: Perihal Nama

 Tulisan ini di angkat dari website menjadimanusia.id


"Perihal Nama"

    Ketika lahir dan menginjakkan kaki di dunia untuk pertama kalinya, orang tua kita menyematkan sebuah nama untuk kemudian menjadi satu-satunya nama panggilan yang kita punya sepanjang hidup kita. Angga. Cantika. Keisya. Dio. Siapa pun.

    Namun mengapa semakin bertambahnya usia, nama panggilan yang kita punya semakin bertambah jumlahnya? Si aneh, si lamban, si cina, si bodoh, si hitam, dan sebagainya.

    Banyak manusia yang masih terkungkung dalam stigma yang diberikan oleh banyak jiwa disekitarnya. Banyak dari kita yang masih dipaksa tinggal dalam kotak dengan label tersendiri. Tak jarang, nama-nama baru yang disematkan berujung pada pertanyaan semacam, "Seburuk itukah saya?"

    Jawabannya, tidak. Tidak ada yang lebih buruk dari kita. Memang manusianya saja yang bebal karena terlalu senang mengotak-ngotakkan.

    Manusia memang tak akan lahir dengan seluruh kebaikan yang sempurna, akan selalu ada kekurangan yang kita bawa dalam diri kita. Namun pada akhir cerita, semua sifat dan kondisi yang kita punya adalah hal yang menjadikam kita manusia.

    Teruntuk setiap kita yang masih secara tidak sadar melemparkan banyak nama kepada orang di sekitar kita, tanyakan lagi pada diri sendiri; apakah kita ingin dipanggil dengan julukan sama?

Komentar

  1. Balasan
    1. Makasih mbak, semoga kita bisa lebih menghargai orang-orang di luar sana

      Hapus
  2. Hoo sepakat2.. Dlu waktu smp dpt seminar gini.. Trus motivator manggil org2 yg dpt panggilan bruk contohny "bokir"

    Waktu org tsb maju kedpn.. Nangis sejadi2nya karena ush hampir 2 tahun di smp di panggil gitu..

    Mulai sejak itu, ya saya pribadi lebih memilih memanggil nama

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heeh iya kak, stigma orang terhadap orang lain sangat berpengaruh kepada mentalnya, sehingga dirasa stigma itu sebagai momok yang mengganggu

      Hapus
  3. Kejadian ini sering terjadi saat smp, bahkan ampe nama bapak emak disematkan sebagai nama panggilan😅

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama mbak heeh, tapi kalau bisa hanya sebatas dunia SMP saja, jika sampe mereka dewasa, takutnya mental mereka lemah dari stigma yang di tanamkan didiri mereka.

      Hapus
  4. Ada yg mengatakan, panggillah seseorang dgn nama yg ia senangi.

    So, aku punya teman yg panggil nama aku dgn sebutan aneh. Aku tak menggubris panggilan nama itu. Apabila nama itu kita gubris, boleh jadi nama panggilan yg jelek itu akan "lengket" ke kita sampe.... Tua

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heeh iya kak, kadang memang ada orang yang akrab akan merasa terbiasa, tetapi bagaimana jika mereka terkungkung dari nama panggilan tersebu?

      Hapus
  5. Ujungnya bakalan, perlakukan orang sebagaimana kita ingin diperlakukan ya dek. Kalau gak mau dipanggil jelek, ya kita jangan juga berlaku begitu dahulu.

    BalasHapus
  6. Hidup memang gitu...tetap kuat, tetap semangat!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer